Minggu, 22 April 2012
manajemen konflik
Manajemen
konflik
Definisi
Konflik :
Stephen Robbins
dalam bukunya Organization Behavior (1996) mendefiniskan Konflik adalah Suatu
proses yang mulai bila satu pihak merasakan bahwa suatu pihak merasakan
pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan segera mempengaruhi
secara negatif, sesuatu yang diperhatikan pihak pertama. Sementara
Wirawan dalam bukunya tentang Manajemen Konflik (2010) mendefiniskan konflik
adalah proses pertentangan yang diekspresikan diantara dua pihak atau lebih yang
saling tergantung mengenai objek konflik, menggunakan pola perilaku dan
interaksi konflik yang menghasilkan keluaran konflik.Dari definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa konflik terjadi dikarenakan adanya proses yang terjadi di
kedua belah pihak yang masing-masing pihak terpengaruh secara negatif yang
menimbulkan pertentangan di antara kedua belah pihak.
Disini terdapat beberapa pendapat dari para ahli diantaranya adalah :
·
Menurut
Nardjana (1994), Konflik adalah akibat situasi
dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan
yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.
·
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya
ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada
dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan
menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)
·
Menurut
Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (1998:580),yang
dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) adalah: Conflict
is a situation which two or more people disagree over issues of organisational substance and/or experience some emotional antagonism with one another.
yang kurang lebih memiliki arti bahwa konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
is a situation which two or more people disagree over issues of organisational substance and/or experience some emotional antagonism with one another.
yang kurang lebih memiliki arti bahwa konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
·
Menurut
Stoner, Konflik organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi
sumberdaya yang langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi,
atau kepribadian. (Wahyudi, 2006:17)
·
Daniel
Webster mendefinisikan konflik sebagai:
1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
2. Keadaan atau perilaku yang bertentangan (Pickering, 2001).
1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
2. Keadaan atau perilaku yang bertentangan (Pickering, 2001).
Dampak Positif Konflik
Menurut Wijono ,bila upaya penanganan dan pengelolaan konflik karyawan dilakukan secara efisien dan efektif maka dampak positif akan muncul melalui perilaku yang dinampakkan oleh karyawan sebagai sumber daya manusia potensial dengan berbagai akibat seperti:
1. Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu bekerja, seperti hampir tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa alasan yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat pada waktunya, pada waktu jam kerja setiap karyawan menggunakan waktu secara efektif, hasil kerja meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.
2. Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif. Hal ini terlihat dari cara pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan analisis pekerjaan masing-masing.
3. Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antar pribadi maupun antar kelompok dalam organisasi, seperti terlihat dalam upaya peningkatan prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi, loyalitas, kejujuran, inisiatif dan kreativitas.
4. Semakin berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat membuat stress bahkan produktivitas kerja semakin meningkat. Hal ini karena karyawan memperoleh perasaan-perasaan aman, kepercayaan diri, penghargaan dalam keberhasilan kerjanya atau bahkan bisa mengembangkan karier dan potensi dirinya secara optimal.
5. Banyaknya karyawan yang dapat mengembangkan kariernya sesuai dengan potensinya melalui pelayanan pendidikan (education), pelatihan (training) dan konseling (counseling) dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Semua ini bisa menjadikan tujuan organisasi tercapai dan produktivitas kerja meningkat akhirnya kesejahteraan karyawan terjamin.
Dampak Negatif Konflik
Dampak negatif konflik ,sesungguhnya disebabkan oleh kurang efektif dalam pengelolaannya yaitu ada kecenderungan untuk membiarkan konflik tumbuh subur dan menghindari terjadinya konflik. Akibatnya muncul keadaan-keadaan sebagai berikut:
1. Meningkatkan jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan mangkir pada waktu jam-jam kerja berlangsung seperti misalnya ngobrol berjam-jam sambil mendengarkan sandiwara radio, berjalan mondar-mandir menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada di tempat, pulang lebih awal atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang tak jelas.
2. Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman kerjanya yang dirasakan kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab.
Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan keluarganya.
3. Banyak karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam pekerjaannya, muncul perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh teman ataupun atasan, merasa tidak dihargai hasil pekerjaannya, timbul stres yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit tekanan darah tinggi, maag ataupun yang lainnya.
4. Seringnya karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila memperoleh teguran dari atasan, misalnya mengadakan sabotase terhadap jalannya produksi, dengan cara merusak mesin-mesin atau peralatan kerja, mengadakan provokasi terhadap rekan kerja, membuat intrik-intrik yang merugikan orang lain.
5. Meningkatnya kecenderungan karyawan yang keluar masuk dan ini disebut labor turn-over. Kondisi semacam ini bisa menghambat kelancaran dan kestabilan organisasi secara menyeluruh karena produksi bisa macet, kehilangan karyawan potensial, waktu tersita hanya untuk kegiatan seleksi dan memberikan latihan dan dapat muncul pemborosan dalam cost benefit.
Konflik yang tidak terselesaikan dapat merusak lingkungan kerja sekaligus orang-orang di dalamnya, oleh karena itu konflik harus mendapat perhatian. Jika tidak, maka seorang manajer akan terjebak pada hal-hal seperti:
1. Kehilangan karyawan yang berharga dan memiliki keahlian teknis. Dapat saja mereka mengundurkan diri. Manajer harus menugaskan mereka kembali, dan contoh yang paling buruk adalah karena mungkin Manajer harus memecat mereka.
2. Menahan atau mengubah informasi yang diperlukan rekan-rekan sekerja yang lurus hati agar tetap dapat mencapai prestasi.
3. Keputusan yang lebih buruk yang diambil oleh perseorangan atau tim karena mereka sibuk memusatkan perhatian pada orangnya, bukan pada masalahnya.
4. Kemungkinan sabotase terhadap pekerjaan atau peralatan. Seringkali dimaklumi sebagai faktor “kecelakaan” atau “lupa”. Namun, dapat membuat pengeluaran yang diakibatkan tak terhitung banyaknya.
5. Sabotase terhadap hubungan pribadi dan reputasi anggota tim melalui gosip dan kabar burung. Segera setelah orang tidak memusatkan perhatian pada tujuan perubahan, tetapi pada masalah emosi dan pribadi, maka perhatian mereka akan terus terpusatkan ke sana.
6. Menurunkan moral, semangat, dan motivasi kerja. Seorang karyawan yang jengkel dan merasa ada yang berbuat salah kepadanya tidak lama kemudian dapat meracuni seluruh anggota tim. Bila semangat sudah berkurang, manajer akan sulit sekali mengobarkannya kembali.
7. Masalah yang berkaitan dengan stres. Ada bermacam-macam, mulai dari efisiensi yang berkurang sampai kebiasaan membolos kerja.
Manajemen Konflik :
Sedangkan arti dari
manajemen konflik itu sendiri adalah proses pihak yang terlibat konflik atau
pihak ketiga menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk mengendalikan
konflik agar menghasilkan resolusi yang diinginkan.
Dari definisi manajemen
konflik diatas saya ambil kesimpulan bahwa manajemen konflik tersebut harus ada
proses dimana proses tersebut dilakukan ketika adanya input atau masukkan dari
pihak-pihak yang bertikai dan pihak ketiga disini adalah sebagi pihak penengah
atau pihak mediator yang merumuskan strategi penyelesaian konflik yang
dirumuskan dalam suatu kesepakatan perjanjian yang menghasilkan suatu ketetapan
atau keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak yang bertingkai.
Sumber Konflik
Ada
beberapa hal yang merupakan sumber konflik adapun konflik itu terjadi di tengah
masyarakat disebabkan :
- Perbedaan individu, yang
meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap
orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya.
Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata
ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani
hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya,
ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap
warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi
ada pula yang merasa terhibur.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda.
Seseorang
sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada
akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
- Perbedaan kepentingan antara
individu atau kelompok.
Manusia
memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang
bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang
berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal
pemanfaatan hutan.
Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang
menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh
ditebang. Para petani
menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk
membuat kebun atau ladang.
Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor
guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan,
hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas
terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya
sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat
perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial,
dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok
dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan
kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai,
sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri
dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
Strategi
Mengatasi Konflik
Menurut Stevenin, terdapat lima langkah meraih kedamaian dalam konflik. Apa pun sumber masalahnya, lima langkah berikut ini bersifat mendasar dalam mengatasi kesulitan:
1. Pengenalan
Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan bagaimana keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah atau menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak ada).
2. Diagnosis
Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele.
3. Menyepakati suatu solusi
Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.
4. Pelaksanaan
Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati, jangan biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah kelompok.
5. Evaluasi
Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru. Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-langkah sebelumnya dan cobalah lagi.
Akhir-akhir ini Indonesia
mengalami konflik horizontal di tengah-tengah masyarakat, dalam waktu beberapa
konflik terjadi di 2 daerah, Konflik Ahmadiyah di cikeusik Padeglang
Banten dan kerusuhan pembakaran sekolah dan gereja di Temanggung di Jawa
Tengah. Kedua konflik ini terjadi dikarenakan ketidakpuasaan ataupun karena
adanya ketidaksenangan sekumpulan manusia terhadap sesuatu golongan ataupun
beberapa golongan, dimana kerusuhan ini didahului denga tindakan anarkis yang
didasarkan atas dasar agama. Mengapa Bangsa ini yang dahulu disebut sebagai
Bangsa yang ramah tamah, suka menolong, dan memiliki rasa toleransi yang tinggi
menjadi bangsa yang liar dan gampang tersulut emosinya? mengapa konflik
horizontal selalu terjadi di tengah masyarakat? Benarkah
pemimpin di negara kita tidak memiliki dan
tidak menguasai manajemen konflik dengan baik? Untuk itu saya ingin
membahas konflik ini dari sudut Manajemen Konflik.
Konflik di Cikeusik
Padeglang Banten dan Konflik di Temanggung serta konflik-konflik lain yang ada
di Indonesia lebih dikarenakan adanya proses terjadinya konflik yaitu adanya
pertentangan, kalau di Cikeusik antara Pihak Ahmadiyah dan sekelompok oknum
umat muslim, dan di Temanggung antara sekelompok oknum umat muslim yang tidak
setuju atas vonis pengadilan sehingga menimbulkan amarah dengan cara membakar
sekolah kristen dan gereja.Sehingga saya mengambil kesimpulan bahwa sumber konflik
terjadi dikarenakan :
1. Tercipta perubahan nilai yang
sangat cepat di dalam organisasi atau masyarakat yang menimbulkan pertentangan.
2. kurangnya komunikasi di
tengah-tengah masyarakat sehingga menimbulkan terjadinya konflik antar
golongan.
3. Muncul kepentingan baik
kepentingan golongan maupun individu yang menguntungkan pihak bersengketa untuk
diperjuangkan.
Dari ketiga point itu diperlukan manajemen konflik yang
digunakan untuk mengatasi konflik atau pertentangan di tengah masyarakat atau
golongan sehingga tidak menganggu situasi dan kondisi suatu masyarakat atau
golongan yang dapat menimbulkan perpecahan, kerusuhan, tindakan negatif yang
dapat merugikan golongan atau individu tersebut.
Maka untuk
menjawab permasalahan diatas bahwa bangsa ini masih memiliki sifat toleransi
apabila adanya sifat keterbukaan terhadap setiap perbedaan, bukan berarti
menghilangkan perbedaan seperti konsep Orde Baru yang membuat semuanya seragam
agar tidak terjadi konflik, hal ini bukan merupakan solusi yang baik. Justru
perbedaan di Indonesia haruslah dipertahankan dan dijaga sehingga perbedaan ini
merupakan warna Indonesia sesungguhnya, yang harus dikembangkan adalah sikap
toleransi yang nyata yang artinya adanya komunikasi dan keterbukaan diantara
perbedaan yang ada.
Setelah kita mengetahui apa itu konflik dan manajemen
konflik dapatlah kita menarik kesimpulan bahwa konflik bukanlah dihindari
apalagi untuk di abaikan, akan tetapi konflik hendaklah harus dihadapi atau di
kompromikan kepada pihak yang bertingkai. Konflik dapat diatas jika
komunikasi diantara para pihak yng terjadi konflik dapat dipahami dan dicari
solusinya.Pihak Pemerintah yang memiliki kekuasaan dan memiliki kekuatan
memberikan manajemen konflik yang baik sebagai moderator terhadap 2 kubu yang
mengalami konflik. Ketegasan pemerintah sangat
dinantikan dalam mengatasi konflik yang ada id negara kita. Kasus Cikeuting Dan
Temanggung adalah konflik horizontal yang sebenarnya peran pemerintah sangat
penting untuk bertindak dan memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak
untuk memberikan kesempatan untuk berkompromi kepada kedua belah pihak sehingga
tidak terjadi konflik lagi.Kita berharap ketegasan pemerintah dalam masalah
konflik di Negara ini haruslah jelas, disini Pemerintah adalah moderator bagi
pihak yang bertikai. Jika ada yang melanggar hukum maka Hukum yang berlaku
harus menindak pihak-pihak yang bermasalah. Setelah Hukum berjalan maka
manajemen konflik dilaksanakan oleh Pemerintah sehingga konflik tersebut tidak
akan terjadi kembali.
Motivasi :
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan,
menyalurkan dan memelihara perilaku manusia,dan merupakan suatu proses untuk mencoba
mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan.
·
Berbagai
pandangan tentang motivasi dalam organisasi
1. Model Tradisional, alat motivasi
ini didasarkan atas anggapan bahwa para pekerja sebenarnya adalah pemalas dan
bisa didorong hanya dengan imbalan keuangan.
2. Model sumber Daya Manusia, para
ahli berpendapat bahwa para karyawan sebenarnya
mempunyai motivasi yang sangat beraneka ragam, bukan hanya motivasi karen uang
ataupun keinginan akan kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan mempunyai arti dalam bekerja. Mereka berpendpat
bahwa sebagian besar individu sudah mempunyai dorongan untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan baik, dan tidak selalu para karyawan memandang pekerjaan
sebagai sesuatu hal yang tidak menyenagkan.
·
Jenis-jenis
Motivasi
Motivasi positif dan motivasi
negatif, motivasi positif adalah proses untuk mencoba mempengaruhi orang lain
agar menjalankan sesuatu yang kita inginkan dengan cara memberikan kemungkinan
untuk mendapatkan hadiah. Motivasi negatif adalah proses untuk mempengaruhi
seseorang agar mau melakukan sesuatu yang kita inginkan tetapi teknik dasar
yang digunakan adalah lewat kekuatan ketakutan.Bukti yang paling dasar terhadap
keberhasilan suatu bentuk motivasi adalah hasil yang diperoleh dari pelaksanaan
suatu pekerjaan.
Referensi
·
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/04/manajemen-konflik-definisi-ciri-sumber.html
·
http://dikti.go.id/index.php
·
http://elqorni.wordpress.com/2012/01/07/motivasi-dalam-manajemen/
Selasa, 03 April 2012
struktur organisasi
Struktur
organisasi sekolah
I.
Pengertian Arti Definisi Struktur Organisasi
Struktur Organisasi adalah
suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu
organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk
mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan
kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan
aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus
menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa.
Empat elemen dalam struktur organisasi yaitu :1. Adanya spesialisasi kegiatan kerja
2. Adanya standardisasi kegiatan kerja
3. Adanya koordinasi kegiatan kerja
4. Besaran seluruh organisasi
Disini terdapat contoh dari struktur organisasi sekolah
II. Tugas pokok dan fungsi pengelola sekolahola
====================================
KEPALA SEKOLAH
Kepala Sekolah berfungsi sebagai
Edukator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader,
Inovator dan Motivator (EMASLIM).
·
Kepala
Sekolah selaku edukator bertugas melaksanakan proses pengajaran secara
efektif dan efisien.
·
Kepala
Sekolah selaku manajer mempunyai tugas :









·
Kepala
Sekolah selaku administrator bertugas menyelenggarakan administrasi :























·
Kepala
Sekolah selaku Supervisor bertugas menyelenggarakan supervisi mengenal :













WAKIL KEPALA SEKOLAH
Wakil Kepala Sekolah membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sbb:
Wakil Kepala Sekolah membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sbb:










URUSAN KURIKULUM










URUSAN KESISWAAN







URUSAN SARAN DAN PRASARANA






URUSAN HUBUNGAN MASYARAKAT




GURU MATA PELAJARAN
















WALI KELAS







GURU BIMBINGAN DAN KONSELING









PUSTAKAWAN SEKOLAH









PENGELOLA LABORATORIUM






KEPALA TATA USAHA








Langganan:
Postingan (Atom)