Kamis, 26 Januari 2012
manajemen mutu
Konsep
Dasar Manajemen Mutu Terpadu
Manajemen
mutu merupakan sebuah filsafat dan
budaya organisasi yang menekankan kepada upaya menciptakan mutu yang konstan melalui
setiap aspek dalam kegiatan organisasi. Manajemen mutu membutuhkan pemahaman
mengenai sifat mutu dan sifat sistem mutu serta komitmen manajemen untuk
bekerja dalm berbagai cara. Manajemen mutu sangat memerlukan figure pemimpin
yang mampu memotivasi agar seluruh anggota dalam organisai dapat memberikan
konstribusi semaksimal mungkin kepada organisasi. Hal tersebut dapat
dibangkitkan melalui pemahaman dan penjiwaan secara sadar bahwa mutu suatu produk
atau jasa tidak hanya menjadi tanggung jawab pimpinan, tetapi menjadi tanggung
jawab seluruh anggota dalam organisasi.
Pengertian
Mutu
Dugaan dan
penafsiran yang sering timbul bahwa "mutu" diartikan sebagai sesuatu
yang :
- Unggul dan
bermutu tinggi
- Mahal
harganya
- Kelas,
tingkat atau bernilai tinggi
Dugaan dan
penafsiran tersebut di atas kurang tepat untuk dijadikan dasar dalam
menganalisa dan menilai mutu suatu produk atau pelayanan. Tidak jauh berbeda
dengan kebiasan mendefinisikan "mutu" dengan cara membandingkan satu
produk dengan produklainnya. Misalnya jam tangan Seiko lebih baik dari jam
tangan Alba.
Kedua
pengertian mutu tersebut pada dasarnya mengartikan tingkat keseragaman yang
dapat diramalkan dan diandalkan, disesuaikan dengan kebutuhan serta dapat
diterima oleh pelanggan (custumer).
Secara
singkat mutu dapat diartikan: kesesuaian penggunaan atau kesesuaian tujuan atau
kepuasan pelanggan atau pemenuhan terhadap persyaratan.
PRINSIP-PRINSIP
MANAJEMEN MUTU
Manajemen
mutu adalah aspek dari seluruh fungsi manajemen yang menetapkan dan
melaksanakan kebijakan mutu. Pencapaian mutu yang diinginkan memerlukan
kesepakatan dan partisipasi seluruh anggota organisasi, sedangkan tanggung
jawab manajemen mutu ada pada pimpinan puncak. Untuk melaksanakan manajemen
mutu dengan baik dan menuju keberhasilan, diperlukan prinsip-prinsip dasar yang
kuat. Prinsip dasar manajemen mutu terdiri dari 8 butir, sebagai berikut:
1.
Setiap orang memiliki pelanggan
2.
Setiap orang bekerja dalam sebuah sistem
3.
Semua sistem menunjukkan variasi
4.
Mutu bukan pengeluaran biaya tetapi investasi
5.
Peningkatan mutu harus dilakukan sesuai perencanaan
6.
Peningkatan mutu harus menjadi pandangan hidup
7.
Manajemen berdasarkan fakta dan data
8.
Fokus pengendalian (control) pada proses, bukan hanya pada
hasil out put
Sedangkan Prinsip Manajemen Mutu sebagaimana
yang dikemukakan Masaake Imae ( 1971) yang ditulis dalam bukunya berjudul 10 QC
Maxims yang kemudian juga menjadi acuan dalam standar ISO 9001. Instisari dari
sepuluh prinsip itu dapat dijelaskan secara singkat sbb :
1.Terapkan PDCA dalam Setiap Tindakan
Pengendalian dan perbaikan mutu merupakan kegiatan yang berkelanjutan yang harus dijalankan secara sistematis dengan menerapkan pendekatan manajemen (PDCA) PLAN, DO, CHECK and ACTION ( Urutan Prioritas) dari setiap Karakteristik Setelah memahami ekspektasi pelanggan terhadap karakteristik mutu produk, kita dapat melanjutkan pertanyaan ketiga tentang bagaimana kepentingan relatif ( urutan prioritas ) dari setiap karakteristik itu.
1.Terapkan PDCA dalam Setiap Tindakan
Pengendalian dan perbaikan mutu merupakan kegiatan yang berkelanjutan yang harus dijalankan secara sistematis dengan menerapkan pendekatan manajemen (PDCA) PLAN, DO, CHECK and ACTION ( Urutan Prioritas) dari setiap Karakteristik Setelah memahami ekspektasi pelanggan terhadap karakteristik mutu produk, kita dapat melanjutkan pertanyaan ketiga tentang bagaimana kepentingan relatif ( urutan prioritas ) dari setiap karakteristik itu.
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita dapat
menggunakan suatu alat yang populer dewasa ini, yaitu:
Penyebaran Fungsi Mutu ( Quality Function
Deployment = QFD ).
Dalam kenyataan , karakteristik mutu yang diinginkan oleh pelanggan, tingkat ekspektasi pelanggan dan kepentingan relatif dari setiap kreteria dapat saling bertentangan, sebagai misal :
Dalam kenyataan , karakteristik mutu yang diinginkan oleh pelanggan, tingkat ekspektasi pelanggan dan kepentingan relatif dari setiap kreteria dapat saling bertentangan, sebagai misal :
*Mobil dengan akselerasi cepat dan hemat
dalam penggunaan bahan bakar merupakan karakteristik yang diinginkan pelanggan,
namun memiliki trade off di antara kedua karakteristik itu.
*Restoran dengan pelayanan prima, makanan yang enak, dan harga yang rendah, merupakan karakteristik mutu yang dinginkan oleh pelanggan, namun saling bertentangan dengan satu dan lainnya.
*Sistem komputer dengan keamaman tinggi dan akses yang mudah, merupakan karakteristik mutu yangdiinginkan pelanggan, namun saling bertentangan antara satu dengan yanglkainnya
engineering design yang aman, andal, efesien, dan tidak mahal merupakan karakteristik mutu yang dinginkan pelanggan.
*Restoran dengan pelayanan prima, makanan yang enak, dan harga yang rendah, merupakan karakteristik mutu yang dinginkan oleh pelanggan, namun saling bertentangan dengan satu dan lainnya.
*Sistem komputer dengan keamaman tinggi dan akses yang mudah, merupakan karakteristik mutu yangdiinginkan pelanggan, namun saling bertentangan antara satu dengan yanglkainnya
engineering design yang aman, andal, efesien, dan tidak mahal merupakan karakteristik mutu yang dinginkan pelanggan.
2.Kendalikan kegiatan sejak awal
Pengendalian mutu hendaknya dilakukan sejak awal atau sedini mungkin pada setiap proses, sebab keterlambatan pengendalian akan menjadi penerobosan yang tidak perlu yang sebenarnya dicegah.
3.Jangan menyalahkan orang lain
Sikap menyalahkan orang lain tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya akan menimbulkan masalah baru. Bila ditemukan masalah, jangan mencari siapa yang bersalah.Tetapi pikirkanlah penyebab terjadinya masalah dan temukan langkah-langkah perbaikannya.
4.Bertindak berdasarkan prinsip prioritas
Prinsip prioritas adalah prinsip mengutamakan yang utama, atau mendahulukan yang penting dalam melakukan suatu tindakan. Sebelum bertindak, pertimbangkan tingkat kepentingan dari apa yang akan dilakukan. Bila tindakan itu terkait dengan pemecahan masalah, prioritas hendaknya diberikan pada masalah yang paling penting atau paling besar pengaruhnya dalam pencapaian tujuan. Biasanya dalam pemecahan masalah juga berlaku prinsip pareto atau prinsip 20:80, artinya dalam pemecahan suatu masalah, hendaknya prioritas diberikan pada 20% penyebab utamanya yang menimbulakn dampak perbaikan 80%.
5.Proses berikutnya adalah Pelanggan
Pelanggan adalah proses berikutnya yang menerima atau menggunakan jasa atau produk dari proses sebelumnya. Dalam rangkaian diagram diatas, A sampai L adalah pelanggan. Konsep hubungan pelanggan-pemasok ini bisa diaplikasikan secara internal maupun secara eksternal.Secara internal, setiap proses adalah pelanggan saat menerima hasil kerja dari unit lain. Secara eksternal semua mata rantai produk, mulai dari distributor, agen, pengecer sampai pembeli atau pemakai langsung suatu produk atau jasa adalah termasuk dalam pengertian hubungan pelanggan-pemasok.
Setiap proses berikutnya memiliki empat hal pokok yang sangat penting dan menjadi fokus pemikiran bagi proses sebelumnya.Empat hal pokok itu adalah kebutuhan, persyratan, harapan, dan persepsi.Kedua pihak hendaknya sebelumnya harus memikirkan apa yang dibutuhkan, diisyaratkan, diharapakan dan dipersepsikan oleh proses berikutnya. Upaya sistematis untuk mengidentifikasi dan memenuhi empat hal pokok itu dinamakan fokus pelanggan.
6.Setiap Tindakan Perbaikan Diikuti Pencegahan
Tindakan koneksi adalah tindakan awal untuk menghilangkan fenomena dari suatu kondisi yang tidak diinginkan. Kondisi yang tidak diinginkan adalah masalah. Misalnya terjadi penyimpangan berat produk. Setelah penyimpanagan dikoreksi, selanjutnya perlu dianalisa secara lebih teliti sampai ditemukan akar penyebab yang paling dalam. Bila akar penyebab telah dapat diidentifikasi, maka selanjutnya dipikirkan alternatif cara yang paling efektif untuk mencegah terulangnya masalah yang sama.Tindakan koreksi dan tindakan pencegahan idealnya dilakukan bersamaan terhadap suatu maslah.Contoh tindakan pencegahan pada contoh kasus di atas misalnya melakukan kalibrasi secara berkala terhadap mesin pengantongan dan menyediakan prosedur untuk pemeliharaan preventif.
Apa yang dikatakan standar ISO 9001 tentang perbaikan? Perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk mengeliminasi penyebab terjadinya ketidak sesuaian agar masalah yang sama tidak terulang kembali.Tindakan yang diambil haruslah dengan dampak yang ditimbulkan.
Apa yang dikatakan standar tentang pencegahan? Perusahaan harus memastikan langkah-langkah yang diambil untuk menghilangkan penyebab-penyebab ketidak sesuaian untuk pencegahan yang diambil haruslah sesuai dengan dampak potensi yang ditimbulkan.
Pengendalian mutu hendaknya dilakukan sejak awal atau sedini mungkin pada setiap proses, sebab keterlambatan pengendalian akan menjadi penerobosan yang tidak perlu yang sebenarnya dicegah.
3.Jangan menyalahkan orang lain
Sikap menyalahkan orang lain tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya akan menimbulkan masalah baru. Bila ditemukan masalah, jangan mencari siapa yang bersalah.Tetapi pikirkanlah penyebab terjadinya masalah dan temukan langkah-langkah perbaikannya.
4.Bertindak berdasarkan prinsip prioritas
Prinsip prioritas adalah prinsip mengutamakan yang utama, atau mendahulukan yang penting dalam melakukan suatu tindakan. Sebelum bertindak, pertimbangkan tingkat kepentingan dari apa yang akan dilakukan. Bila tindakan itu terkait dengan pemecahan masalah, prioritas hendaknya diberikan pada masalah yang paling penting atau paling besar pengaruhnya dalam pencapaian tujuan. Biasanya dalam pemecahan masalah juga berlaku prinsip pareto atau prinsip 20:80, artinya dalam pemecahan suatu masalah, hendaknya prioritas diberikan pada 20% penyebab utamanya yang menimbulakn dampak perbaikan 80%.
5.Proses berikutnya adalah Pelanggan
Pelanggan adalah proses berikutnya yang menerima atau menggunakan jasa atau produk dari proses sebelumnya. Dalam rangkaian diagram diatas, A sampai L adalah pelanggan. Konsep hubungan pelanggan-pemasok ini bisa diaplikasikan secara internal maupun secara eksternal.Secara internal, setiap proses adalah pelanggan saat menerima hasil kerja dari unit lain. Secara eksternal semua mata rantai produk, mulai dari distributor, agen, pengecer sampai pembeli atau pemakai langsung suatu produk atau jasa adalah termasuk dalam pengertian hubungan pelanggan-pemasok.
Setiap proses berikutnya memiliki empat hal pokok yang sangat penting dan menjadi fokus pemikiran bagi proses sebelumnya.Empat hal pokok itu adalah kebutuhan, persyratan, harapan, dan persepsi.Kedua pihak hendaknya sebelumnya harus memikirkan apa yang dibutuhkan, diisyaratkan, diharapakan dan dipersepsikan oleh proses berikutnya. Upaya sistematis untuk mengidentifikasi dan memenuhi empat hal pokok itu dinamakan fokus pelanggan.
6.Setiap Tindakan Perbaikan Diikuti Pencegahan
Tindakan koneksi adalah tindakan awal untuk menghilangkan fenomena dari suatu kondisi yang tidak diinginkan. Kondisi yang tidak diinginkan adalah masalah. Misalnya terjadi penyimpangan berat produk. Setelah penyimpanagan dikoreksi, selanjutnya perlu dianalisa secara lebih teliti sampai ditemukan akar penyebab yang paling dalam. Bila akar penyebab telah dapat diidentifikasi, maka selanjutnya dipikirkan alternatif cara yang paling efektif untuk mencegah terulangnya masalah yang sama.Tindakan koreksi dan tindakan pencegahan idealnya dilakukan bersamaan terhadap suatu maslah.Contoh tindakan pencegahan pada contoh kasus di atas misalnya melakukan kalibrasi secara berkala terhadap mesin pengantongan dan menyediakan prosedur untuk pemeliharaan preventif.
Apa yang dikatakan standar ISO 9001 tentang perbaikan? Perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk mengeliminasi penyebab terjadinya ketidak sesuaian agar masalah yang sama tidak terulang kembali.Tindakan yang diambil haruslah dengan dampak yang ditimbulkan.
Apa yang dikatakan standar tentang pencegahan? Perusahaan harus memastikan langkah-langkah yang diambil untuk menghilangkan penyebab-penyebab ketidak sesuaian untuk pencegahan yang diambil haruslah sesuai dengan dampak potensi yang ditimbulkan.
Fokus sistem manajemen mutu pada hakekatnya adalah mencegah terjadinya kegagalan pada seluruh tahapan mulai input,proses sampai outpru akhir dengan pendekatan sistematik holistik, sinergistik dan antisipatif.
7.Berbicara berdasarkan Data
Data adalah dasar untuk melakukan suatu tinadakan. Dalam penyelesaian masalah data menjadi landasan bertindak agar keputusan yang diambil tepat dan benar. Agar pemanfaatan data dapat tepat dan benar maka pendekatan statistik sangat dianjurkan dalam sistem manajemen mutu industri otomotif ISO / TS 16949 penerapan statistik merupakan keharusan.
8.Perbaikan Diawali dengan Penetapan Sasaran
Tujuan dari suatu tindakan haruslah jelas dan ditentukan sejak awal agar efektivitas tindakan dapat dinilai secara objektif. Sistem manajemen mutu ISO 9001 mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan. Dikatakan : sasaran-sasaran muttu, termasuk sasaran lainnya yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian produk ditetapkan pada unit-unit fungsional pada berbagai tingkatan dalam perusahaan.Sasaran mutu dibuat spesifik dan sejalan dengan kebijakan mutu.
Sasaran perlu ditetapkan agar evaluasi keberhasilan dapat dilakukakn setelah perbaikan.Dalam penetapan sasaran biasanya digunakan prinsip “SMART”.
S =Spesific : sasaran harus jelas dan spesifik
M =Measurable : sasaran harus dapat diukur
A =Attainable : sasaran harus realistis dan mungkin dicapai
R =Reasonable : harus ada alasan terhadap pemilihan sasaran.
T =Time : sasaran harus dicapai dalam waktu yang telah ditentukan.
9.Market in Concept
Konsep dasar merupakan suatu pendekatan dalam pengembangan produk dengan memfokusakan perhatian pada kebutuhan pasar, bukan pada apa yang mampu diproduksi atau dibuat oleh perusahaan. Hampir sama dengan konsep fokus pelanggan, konsep pasar lebih menekankan pada kebutuhan pasar.Sebelum memproduksi secara massal sebaiknya prusahaan meliti kebutuhan pasar.
10.Biasakan Mencatat, Membuat Prosedur dan
Menetapkan Standar.
Menyediakan prosedur tertuilis dan penetapan standar mutu/hasil kerja harus selalu dijadikan kebiasaan dalam setiap kegiatan, sehingga tidakan pengendalian dan penungkatan mutu dapat lebih konsisten dan mudah dilakukan.
Menyediakan prosedur tertuilis dan penetapan standar mutu/hasil kerja harus selalu dijadikan kebiasaan dalam setiap kegiatan, sehingga tidakan pengendalian dan penungkatan mutu dapat lebih konsisten dan mudah dilakukan.
PENERAPAN MANAJEMEN MUTU
DALAM PENERIMAAN KARYAWAN
Perencanaan
dan usaha pemenuhan kebutuhan Sumber Daya Manusia, yang dilakukan dalam
seleksi, bila dikelola secara profesional akan sangat menentukan mutu dan
kesuksesan perusahaan. Dengan kata lain seleksi yang efektif akan memperoleh
sumber daya yang baik untuk jangka waktu yang lebih panjang. Dalam penelitian
ini akan dibuat sebuah sistem pendukung keputusan untuk memudahkan pihak manajemen
dalam proses seleksi karyawan, khususnya pada proses penilaian hasil tes
psikologi.
Tes psikologi secara umum akan
menunjukkan keadaan emosional seseorang, walaupun tidak selalu demikian.
Ini menunjukkan bahwa seorang karyawan juga akan berhasil jika di dalam diri
mereka terbentuk nilai-nilai yang tinggi. Penilaian dan pertimbangan dari hasil
tes psikologi harus dilakukan secara berhati-hati dan dengan metode yang tepat.
Laporan ini memanfaatkan Analytical Hierarchi Process (AHP) sebagai model Sistem
Pendukung Keputusan (SPK). Dalam aplikasi ini, pengguna diijinkan untuk
menentukan kriteria apa saja yang dipakai beserta bobot dari kriteria-kriteria
tersebut. Dengan perpaduan antara data kriteria serta bobot yang dimasukkan
pengguna dengan data karyawan yang telah ada di perusahaan, aplikasi akan mampu
menghasilkan rangking masing-masing pelamar berdasarkan besarnya nilai akhir.
Semakin besar nilai seorang pelamar maka semakin bagus rangking yang diberikan
berarti pula semakin sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh perusahaan.
Seleksi
menurut
Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson [12], yang mengaitkan seleksi dan
penempatan menyebutkan bahwa
seleksi adalah proses mendapatkan
dan mempergunakan informasi mengenai pelamar kerja untuk menentukan siapa yang
seharusnya diterima menduduki posisi jangka pendek dan jangka panjang.
Permintaan atau kebutuhan sumber daya manusia organisasi di waktu yang akan
datang adalah pusat kegiatan perencanaan kepegawaian. Hampir semua perusahaan
harus
membuat
prediksi kebutuhan – kebutuhan karyawan (paling tidak secara informal) diwaktu
yang akan datang, meskipun mungkin tidak perlu mengestimasi sumber – sumber
suplainya. Perencanaan permintaan pekerja diartikan sebagai kegiatan penentuan
jumlah (kuantitas) dan jenis (kualitas) karyawan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan organisasi secara optimal. Perencanaan permintaan pekerja sehingga
diadakan seleksi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal
dari
dalam
organisasi maupun berasal dari lingkungan organisasi. Faktor penyebab timbulnya
permintaan pekerja antara lain :
1. Perubahan
lingkungan eksternal, yaitu perubahan pada teknologi, sosial budaya, politik,
peraturan perundang – undangan ekonomi dan pesaing
2. Perubahan
organisasional, yaitu perubahan pada rencana strategis, anggaran, usaha dan
kegiatan baru, rancangan organisasi dan tugas pekerjaan
3. Perubahan
angkatan kerja karena para pekerja perusahaan pensiun, penempatan,
pemberhentian, kematian dan absensi.
KESIMPULAN DAN SARAN
sistem
Pendukung Keputusan (SPK) penerimaan karyawan bisa dijadikan dasar pengambilan keputusan
manajemen dalam proses penerimaan karyawan, kedua keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan
dengan dukungan dari perhitungan yang
dilakukan dengan AHP sebagai model dalam system pendukung keputusan,
ketiga keputusan untuk menentukan calon pelamar mana yang akan diterima sebagai
karyawan perusahaan menentukan kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri,
sehingga diperlukan keputusan yang tepat
dalam pemilihan, agar tujuan perusahaan dapat tercapai dan yang terakhir
aplikasi sistem pendukung keputusan seleksi penerimaan karyawan dapat digunakan
perusahaan untuk membantu menentukan calon karyawan mana yang akan diterima
melalui hasil perhitungan AHP. Aplikasi ini akan menghasilkan keluaran nilai
intensitas prioritas calon karyawan tertinggi sehingga karyawan yang memiliki
nilai tertinggi akan memperoleh kesempatan yang besar untuk diterima menjadi
karyawan di perusahaan.
Dari
kesimpulan yang telah disebutkan diatas, penulis mengharapkan dan memberi saran
untuk pengembangan lebih lanjut dari
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) penerimaan karyawan sebagai berikut,
pertama sistem ini bisa dikembangkan lebih lanjut menjadi SPK yang berbasiskan
web sehingga para para pengambil keputusan bisa online dalam mengambil
keputusan dimanapun mereka berada, kedua perlunya penambahan kriteria penilaian
dalam SPK Penerimaan karyawan, misalnya :
penambahan
syarat kualifikasi yang harus dimiliki
pencari kerja dan penambahan beberapa aturan mengenai perekrutan
karyawan yang berbeda antara perusahaan satu dengan yang lain.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar